Jumat, 09 Maret 2012

kelarutan intrinsik obat


LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIK I
PERCOBAAN 1
“ KELARUTAN INTRINSIK OBAT “
OLEH :
Nama                          : LIA ARDYTA
Nim                             : F1F1 10 059
Kelompok                  : 1 ( satu )
Asisten                       : DIAN PERMANA

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGHETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

A.    Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.       Menerapkan faktor - faktor yang mempengaruhi kelarutan zat
b.      Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

B.     Landasan Teori

Kelarutan suatu zat terlarut adalah jumlah maksimum dari zat terlarut yang dapat dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut atau sejumlah larutan pada temperature tertentu. Senyawa yang terlarut disebut solut dan cairan yang melarutkan disebut solven, yang bersama-sama membentuk suatu larutan. Proses pelarutan disebut solvasi atau hidrasi jika pelarutnya air. Suatu larutan saat kesetimbangan tidak dapat menahan solut lagi dan disebut jenuh. Larutan dalam keadaan tertentu dapat menahan lebih banyak solut lebih dari keadaan normal solven. Ini disebut lewat jenuh.  (Jones, L. 2005).
Pada perendaman menggunakan larutan NaOH, menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi NaOH dan waktu proses perendaman maka dapat menaikkan kelarutan aluminium. Hal ini menunjukkan semakin banyak logam aluminium yang terkikis berarti semakin banyak nuklidanuklida yang menempel di logam yang terlepas. kelarutan aluminium meningkat, jikawaktu perendaman yang digunakan terlalu lama maka proses dekontaminasi menjaditidak efektif. ( Mirawati, 2006 )
Elektrolit lemah dan molekul-molekul nonpolar seringkali mempunyai kelarutan dalam air yang buruk. Kelarutannya biasanya dapat ditingkatkan dengan penambahan suatu pelarut yang dapat bercampur dengan air dimana dalam pelarut tersebut obat mempunyai kelarutan yang baik. Proses ini dikenal sebagai kosolvensi, dan pelarut-pelarut yang digunakan dalam kombinasi untuk meningkatkan kelarutan zat terlarut dikenal sebagai kosolven. Mekanisme yang mengakibatkan penambahan kelarutan melalui kosolvensi tidak dimengerti dengan jelas. Etanol, sorbitol, propilen glikol, dan beberapa anggota dari seri polimer polietilen glikol memperlihatkan jumlah terbatas dari kosolven yang berguna, dan dapat diterima secara umum dalam formulasi cairan-cairan dalam air. Kosolven tidak hanya digunakan untuk mempengaruhi kelarutan obat tersebut, tetapi juga untuk memperbaiki kelarutan dari konstituen-konstituen yang mudah menguap yang digunakan untuk memberi rasa dan bau yang diinginkan ke produk tersebut. Molekul-molekul dalam obat padat diikat bersama oleh gaya intermolekular tertentu misalnya gaya dipol-dipol imbas, dipol-dipol dan interaksi ion-ion, demikian pula halnya dengan solven. pelarut dibedakan atas polar, semi polar, atau non polar tergantung dari besarnya ikatan yang bersangkutan. (Alfred, 1990)
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Sesuai dengan hal itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan & melarutkan gula dan senyawa polihidrasi yang lain. selain itu pelarut biasanya memiliki beda titik didih(\Delta T_b) rendah dan lebih mudah menguap meninggalkan substansi terlarut. Dan yang jelas pelarut jumlahnya lebih besar daripada zat terlarut. ( James, 1990 )

C.    Alat dan Bahan

1.      Alat

Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.       Kertas saring
b.      Erlenmeyer 250 ml
c.       Alat pengocok orbital
d.      Timbangan
e.       Batang pengaduk
f.       Corong
g.      Buret 50 ml
h.      Pipet tetes
i.        Tabung reaksi
j.        Statif & klem
k.      filler

2.      Bahan

Bahan  - bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a.       Asam salisilat
b.      Aquades
c.       Etanol
d.      Gliserol
e.       Larutan NaOH 0,1 N
f.       Phenolphtalein

D.    Prosedur Kerja



 

 

E.     Hasil Pengamatan

1. Tabel Hasil Pengamatan

            Tabel 1 :
Tabung ke-
Volume (ml)
Volume NaOH yang digunakan (ml)
Air
Etanol
Gliserol
1
6
0
4
6
2
6
0,5
3,5
2,5
3
6
1
3
3
4
6
1,5
2,5
2,7
5
6
3
1
5,2
6
6
3,5
0,5
4
7
6
4
0
3

1.    Perhitungan

a.       Penentuan Konsentrasi NaOH
NaOH yang digunakan adalah NaOH 0,1 M, sehingga konsentrasinya adalah 0,1 Molar.
b.      Penentuan Kadar Asam Salisilat
Tabung 1
Dik : V NaOH = 6 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            6 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0, 12 M
Tabung 2
Dik : V NaOH = 2,5 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            2,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0,05 M
Tabung 3
Dik : V NaOH = 3 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            3 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0,06 M
Tabung 4
Dik : V NaOH = 2,7 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            2,7 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0,054 M
Tabung 5
Dik : V NaOH = 5,2 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            5,2 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0,0104 M
Tabung 6
Dik : V NaOH = 4 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            4 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0, 08 M
Tabung 7
Dik : V NaOH = 3 mL
         M NaOH = 0,1 M
         V Asam Salisilat = 5 mL
Dit : M Asam Salisilat = …?
Peny : V NaOH x M NaOH = V Asam Salisilat x M Asam Salisilat     
            3 mL x 0,1 M = 5 mL x M Asam Salisilat
             = 0,06 M
c.       Konstanta dielektrik (£) pelarut
1)      Air
Dik : £ air = 80,4
          V air = 60 (% v/v)
Dit : £ air dalam pelarut campur = …?
Peny : £ = £ air x % v/v air
            £ = 80,4 x 60/100 = 48,24
2)      Etanol
Dik : £ etanol = 25,7
V etanol dalam tabung 1 = 0 (% v/v)
V etanol dalam tabung 2 = 5 (% v/v)
V etanol dalam tabung 3 = 10 (% v/v)
V etanol dalam tabung 4 = 15 (% v/v)
V etanol dalam tabung 5 = 30 (% v/v)
V etanol dalam tabung 6 = 35 (% v/v)
V etanol dalam tabung 7 = 40 (% v/v)
Dit : £ etanol dalam pelarut campur = …?
Peny :
Tabung 1
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 0/100 = 0
Tabung 2
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 5/100 = 1,285
Tabung 3
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 10/100 = 2,57
Tabung 4
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 15/100 = 3,855
Tabung 5
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 30/100 = 7,71
Tabung 6
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 35/100 = 8,995
Tabung 7
£ = £ etanol x % v/v etanol
£ = 25,7 x 40/100 = 10,28
3)      Gliserol
Dik : £ gliserol = 50
V gliserol dalam tabung 1 = 40 (% v/v)
V gliserol dalam tabung 2 = 35 (% v/v)
V gliserol dalam tabung 3 = 30 (% v/v)
V gliserol dalam tabung 4 = 25 (% v/v)
V gliserol dalam tabung 5 = 10 (% v/v)
V gliserol dalam tabung 6 = 5 (% v/v)
V gliserol dalam tabung 7 = 0 (% v/v)
Dit : £ gliserol dalam pelarut campur = …?
Peny :
Tabung 1
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 40/100 = 20
Tabung 2
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 35/100 = 17,5
Tabung 3
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 30/100 = 15
Tabung 4
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 25/100 = 7,5
Tabung 5
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 10/100 = 5
Tabung 6
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 5/100 = 2,5
Tabung 7
£ = £ gliserol x % v/v gliserol
£ = 50 x 0/100 = 0
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2 : Hasil perhitungan

F.     Pembahasan

Suatu larutan adalah dispersi yang serba sama (homogen) dari suatu zat terlarut (solut) didalam pelarutnya (solven), untuk dispersi tersebut diperlukan informasi tentang kelarutan (solut) di dalam pelarutnya. Kelarutan dapat diartikan sebagai jumlah (bagian) terbesar dari suatu komponen (solut) yang dapat didistribusikan kepada komponen lainnya (solven), pada satu suhu dan tekanan tertentu sehingga menghasilkan suatu dispersi molekular homogen yang terdiri dari suatu fase tunggal (larutan). laju tercapainya kelarutan maksimum (jenuh) disebut laju disolusi.
Larutan juga dikatakan sebagai sistem dispersi molekular. jadi suatu zat dapat dikatakan melarut jika dia terlepas dari padatannya dan terdispersi dalam cairan. Bentuk kelarutan yang paling sering digunakan adalah sangat larut, larut bebas, larut, larut sedikit, sulit larut, sangat sulit larut, dan tidak larut.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil ; bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dikatakan sebagai pelarut ketika kondisi fisiknya (padat/cair/gas) sama dengan hasil larutannya itu. Misal gula dan air, hasilnya larutan gula yang cair..jadi pelarutnya air.
Berdasarkan  percobaan yang telah dilakukan, pada gliserol  sifatnya lebih kental  dibandingkan air dan alcohol, sehingga pada saat  ketiga cairan tersebut dicampur, propilen glikolol tidak mudah larut dalam air,sehingga dilakukan pengocokan selama 30 menit agar larutan tersebut bisa homogen dengan ketiga campuran tersebut. Setelah itu cairan yang telah dibuat dengan kadar yang berbeda-beda dimasukan asam salisilat sebanyak 1 gram, karena bentuk asam salisilat yang berupa serbuk, maka cara memasukannya yaitu di tuang sedikit demi sedikit di dalam tabung reaksi,dan agar asam salisilat tersebut dapat jenuh dalam cairan campuran, maka dilakukan pengkocokan selama 30 menit sampai didapat larutan yang benar-benar jenuh. Setelah itu saring menggunakan kertas saring dan gelas kimia sebagai wadah penyimpanan asam salisilat yang telah terlarut. Setelah masing – masing larutan disaring, larutan yang larut itu kita tambahkan dengan NaOH 0,1 N, dan selanjutnya itu kita titrasi dengan menggunakan indicator penolphetalin  Pada pencampuran antara air dan propilen glikol  didapat kadar asetosal yang lebih tinggi apabila dibandingakan dengan campuran antara air, alkohol dan propilen glikol tetapi kadar propilen glikol lebih sedikit dibandingkan dengan kadar kedua cairan lainnya.
Adapun faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah :
 1. Kemurnian solut atau solven. Temperatur, secara umum peningkatan temperatur larutan meningkatkan kelarutan zat padat. Untuk semua gas kelarutan menurun dengan peningkatan temperatur.
2.    Tekanan, untuk solut padat dan cair perubahan dalam tekanan secara praktis tidak mempengaruhi kelarutan.
3.    Laju kelarutan adalah suatu ukuran dari seberapa cepat suatu zat terlarut.
4.    Temperatur, untuk solut padat dan cair, kenaikkan temperatur tidak hanya meningkatkan jumlah solut yang terlarut tapi juga meningkatkan laju saat solut melarut.
Ketika suatu solven melarutkan suatu solut, partikel solven harus memecah partikel solut dan menempati ruang yang terhalangi. pelarut yang polar dapat dengan efektif memecah senyawa yang polar. Ini terjadi saat ujung positif dari suatu molekul solven mendekati ujung negatif dari molekul solut..
 Hanya ada satu prinsip dalam pelarutan, yaitu like dissolved like. Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan. Peristiwa tersebut dapat kita lihat dengan nyata pada campuran air dan minyak. Salah satu hal yang dapat kita lakukan agar larutan yang tidak saling campur tersebut menjadi bercampur yaitu dengan mengatur temperatur campuran. Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan memanaskan atau mendinginkan campuran. Dengan begitu, campuran tersebut tidak akan terpisah lagi. Ada beberapa campuran yang membutuhkan suhu ekstrim (sangat tinggi atau sangat rendah) agar dapat saling bercampur satu sama lain.


G.    Kesimpulan

            Pada percobaan yang kami lakukan, kesimpulan yang dapat kami tarik adalah :

1. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil ; bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

2.  Larutan satu akan mampu bercampur sempurna dengan larutan lain apabila memiliki sifat (polaritas) yang sama atau tidak jauh berbeda. Bila pencampuran dilakukan antarlarutan yang memiliki tingkat polaritas yang berbeda, maka akan terbentuk lapisan antarmuka (interface) yang memisahkan kedua fase larutan.


 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI, Jakarta
Jones, L. 2005. Farmasi Fisika edisi 1. Yogyakarta: UGM press
Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi 3. Jakarta: Universitas Indonesia press
Rahardjo, sentot budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen . Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Swarbrick, J. 1995. Kimia Fisika. Solo : Penerbit Erlangga







Tidak ada komentar:

Posting Komentar