JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
INFUSA (INFUS)
NAMA : LIA ARDYTA
STAMBUK : F1F1 10 059
KELOMPOK :
III
KELAS :
A
DOSEN PEMBIMBING : WAHYUNI, S.Si, Apt.
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
I.
Landasan
Teori
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstrak sismplisia nabati dengan air pada suhu 90o C selaam 10-15 menit
yang dihitung sejak air mendidih. Jika bahan yang digunakan untuk membuat dekok
berasal dari bahan bertekstur keras, bahan yang digunakan dalam infusa berasal
dari bahan yang lunak (simplisi, daun dan bunga) seperti daun kumis kucing,
daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga melati, dan daun sambiloto. Cara
membuat infusa hampir sama dengan merebus teh. Siapkan simplisia kering 25-30
gram atau bahan segar 75-90 gram. Bahan tersebut direbus dalam air mendidih 500
cc selaam 15b menit atau sampai volumenya menjadi 250 cc. Setelah direbus
airnya disaring dan hasil penyaringan ini disebut infusa.
Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan
untuk membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apa pun
kecuali proses pengeringan. Ditinjau dari asalnya, simplisia digolongkan
menjadi simplisian nabati dan simplisia hewani. Simplisia hewani berasal dari
hewan, baik yang masih utuh, organ-organnya, maupun zat-zat yang dikandungnya
yang berguna sebagai obat dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati
berasal dari tanaman, baik yang masih utuh, bagian-bagiannya, maupun zat-zat
nabati yang dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Sumber
simplisia nabati sampai saat ini berupa tumbuhan liar dan tanaman budi daya.
Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila
dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih
murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan
ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk
masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang
tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur
dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya
dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni.
Metodenya dikenal dengan nama Sochlet, yaitu dengan menggunakan alat percolator
dan countercurrent screw extractor. Dari sini jelas terlihat bahwa metode
pembuatan ekstrak lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan metode pembuatan
infusa. (Santoso, 1993)
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan
infusa adalah:
1.
Jumlah simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat
keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
2.
Derajat halus simplisia
Yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus sebagai berikut:
Serbuk (5/8)
|
Akar manis, daun kumis
kucing, daun sirih, daun sena
|
Serbuk (8/10)
|
Dringo, kelembak
|
Serbuk (10/22)
|
Laos, akar valerian,
temulawak, jahe
|
Serbuk (22/60)
|
Kulit kuni, akar ipeka,
sekale kornutum
|
Serbuk (85/120)
|
Daun digitalis
|
3.
Banyaknya ekstra air
Umumnya untuk membuat sediaan infusa diperlukan penambahan air sebanayak
2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan
pada umumnya dalam keadaan kering.
4.
Cara menyerkai
Pada umumya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang
mengandung minyak aktsiri, diserkai setelah dingin.
5.
Penambahan bahan-bahan lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot
bahan berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida
antrakinon, ditambahkan natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.
II.
Resep
A.
Resep Asli
R/ Inf.
Fol. Orthosipon 100 Hexamini
5
S.t.d.d.C.I
Pro : Ny. Suluh
|
B.
Resep
Lengkap
dr. Wahyuni
Jalan Pelangi
No. 17 Kendari
SIP:
20/SP/2009
24 Mei 2011
R/ Inf.
Fol. Orthosipon 100 Hexamini
5
S.t.d.d.C.I
Pro : Ny.
Suluh
Umur : 40
tahun
Alamat :
Jln. Beling
|
Keterangan:
R/ : recipe,
ambillah
s.t.d.d.C.I :
signa ter de die cochlear 1
tandai tiga kali sehari 15 ml
pro :
untuk
C.
Uraian
Bahan
Orthosiphonis Folium
1.
Nama Latin : Orthosiphonis Folium.
2.
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa agak
pahit dan sepat.
3.
Kelarutan : Larut dalam air tidak kurang dari
30%.
4.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup bai, terlindung
dari cahaya.
5.
Khasiat : Diuretikum.
Hexamine
1.
Nama Latin : Hexaminum
2.
BM : 140,19
3.
Rumus Kimia : C6H12N4
4.
Rumus Molekul : N
CH2
N
CH2 CH2
N N
5.
Pemerian : hablur mengkilap tidak
berwarna atau serbuk putih
tidak berbau, rasa membakar dan manis kemudian
agak pahit. Jika dipaaskan pada suhu lebih kurang 260o menyublin.
6. Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air,
dalam 12,5ml etanol
(95%) P dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform P.
7.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
8.
Khasiat : Antiseptikum saluran kemih.
D.
Perhitungan
dan Penimbangan
1). Perhitungan Bahan
0,5
100
|
Orthosiphonis Fol. =
0,5 bagian = x 100 g = 0,5 gram
= 500mg
Aqua Destillata = 100 g – 0,5 g
= 99,5 g = 99,5 ml
b. Heksamin
Heksamin = 5 gram
2). Dosis Maksimum
DM
Heksamin = 1 g/4 g
Sekali
pakai = 15/100 x 5 gram = 0,75 gram < 1 gram (TOD)
Sehari = 3 x 0,75 gram = 2,25 gram < 4
gram (TOD)
3). Penimbangan Bahan
Untuk membuat infus
dengan resep diatas, maka perlu dilakukan penimbangan 500 mg Orthosiphonis
Folium (Daun Kumis Kucing) dan 5 gram Heksamin. Aqua Destillata yang diperlukan
sebesar 99,5 ml untuk melarutkan bahan obat.
E.
Cara
Kerja
1.
Timbang
bahan-bahannya.
2.
Folio
Orthosiphon dipotong-potong, lalu dimasukkan kedalam panei infusa dan ditambah
aqua yang dibutuhkan, dikurangkan untuk melarutkan hexamine. Panci infuse
dipanaskan, setelah suhi mencapai 90oC dibiarkan selama 30 menit.
Kemudian didinginka, massa disaring kain kasa sampai mendapatkan infuse sberat
yang diminta, masukkan botol.
3.
Larutkan hexamine
dengan aqua, masukkkan botol.
4.
Botol ditutup dan
diberi etiket.
F. Etiket
APOTEK UNHALU FARMA
Jalan Kambu No. 211 Kendari
Apoteker: Dwi Rahayu., S.Farn., Apt.
SIK: 12/SK/2007
Tgl. 23 Mei 2011
No. 11
Pro: Ny. Suluh Tablet
Kapsul
3 x 1 Bungkus
Sendok
teh/makan
Sebelum/Sesudah
Makan
|
G. Khasiat
Obat
1. Orthosiphonis
Folium sebagai diuretikum.
2. Hexamine sebagai antiseptikum
saluran kemih.
III. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan infusa, daun kumis kucing
mempunyai bagian yang keras sebanyak 0,5 % bagian. Mula – mula kumis kucing
digunting – gunting terlebih dahulu baru kemudian ditimbang. Alasan mengapa
kumis kucing digunting terlebih dahulu, agar mempercepat zat aktif pada tanaman
deuritik, karena dengan memotong kita telah merusak dinding selulosanya. Pada Daun
kumis kucing tersebut mengandung kadar kalium (boorsma) yang cukup tinggi. Ia
juga mengandung glikosida orthosiphonin.
Setelah itu dilakukan penimbangan daun kumis kucing sebanyak 500 mg, karena
dilakukan 2 kali jadi yang ditimbang yaitu sebanyak 1 gram. Setelah itu
dilakukan pemanasan pada air sebanyak 100 ml di dalam panci dimasukkan daun
kumis kucing tersebut hingga suhunya
mencapai 90o. setelah itu diangkat dan dilakukan penyaringan dalam
keadaan panas, kecuali infusa yang mengandung minyak atsiri disaring dalam
keadaan dingin. Jika terdapat tanaman yang mengandung lendir, tidak
diperbolehkan untuk melakukan penyaringan. Lalu dimasukkan ke dalam botol, dan
siap untuk diberikan kepada pasien.
Pada
umumnya kumis kucing dipergunakan dalama bentuk simplisia sesuai dengan khasiat
fitoterapi yang tercantum dalam Materia Madika Indonesia yakni sebagai obat
untuk memperlancar pengeluaran air seni. Diketahui juga bahwa khasiat dari daun
kumis kucing itu sendiri adalah sebagai Diuretikum
dan manfaat lainnya yang telah diteliti
adalah untuk mengobati infeksi
kandung kemih, kencing manis, tekanan darah tinggi, rematik, menghancurkan
batu ginjal dan menurunkan kadar kolesterol.
III. Daftar
Pustaka
Anief, Mohammad.
2003. Farmasetika. UGM Press :
Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan: Jakarta.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep.
Anggota IKAPI: Jakarta.
Syarifudin, Arief. 2009. Sediaan
Obat. (Online). Diakses pada 01 April 2011
Tjay, T.H.
dan Kirana Rardja. 2007. Obat-Obat Penting.
PT Elex Media Komputendo: Jakarta.
Santoso, S.
1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia dan
Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif, Jakarta: FKUI.
Hariana,
H.Arief.. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dalimartha
Setiawan, 2003, ATLAS Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya, hal.
126-130
anonym, 1980, Materi Medika Indonesia,
Jilid 4, DEPKES RI, hal 85-91.
Mau tanya, itu cara perhitungan dan penimbangannya gimana ya
BalasHapusMau tanya,pada saat pembuatan infusanya,kenapa hexamin harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum di campur dengan air ekstrak orthosiphonnya?
BalasHapus